aktifitas belajar

aktifitas belajar

aktifitas belajar

aktifitas belajar

Selasa, 17 Juni 2014

Pengembangan Bahan Ajar-Frame Tipe 1


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
(FRAME TIPE 1) 

A.    PENDAHULUAN
Belajar merupakan pusat dari kecakapan kita untuk membiasakan hal-hal yang kecil dan mendalam terhadap tuntutan lingkungan. Hal tersebut membuat perbedaan antara harapan dengan kegiatan nyata. Pada akhirnya, proses ini dibutuhkan penting untuk mengetahui kekayaan alam dengan berbagai pengalaman dan kesempatan.
Dua golongan orang yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran adalah guru dan desainer pembelajaran.
Pada bagian awal kita akan membahas tentang strategi kognitif, sebab pandangan kita bahwa strategi kognitif, merupakan sumbangan utama mengenai pengetahuan kognitif dalam desain pembelajaran.
Secara tradisional, desain pembelajaran diorganisasikan sebagai bagian dari kegiatan yang berkisar pada 5 langkah. Ada beberapa langkah-langkah tersebut. Beberapa model yang lain mengajukan tidak hanya 5 langkah, tetapi lebih banyak lagi. Menurut Charles K. West dan kawan-kawan, ada 9 strategi yang dikemukakan, yaitu : chunking, frame tipe 1, frame tipe 2, concept mapping, advance organizer, metaphor, rehersal, imagery, dan mnemonics.
Pada makalah ini, akan dibahas strategi frame/bagan tipe 1. Strategi ini merupakan salah satu dari strategi spasial, di mana mempunyai 5 bagian yaitu; 1) kita menyediakan beberapa pengenalan dan materi-materi yang melatar belakangi strategi frame tersebut, 2) kita diskusikan tentang penelitian dan usaha-usaha pengembangannya, 3) kita sampaikan mengenai petunjuk bagi desainer, 4) tentang hibridisasi, dan kesimpulannya.

B.     STRATEGI FRAME TIPE 1
1. Mengenal Strategi Frame Tipe 1
Frame-tipe 1 merupakan rancangan Materi pelajaran atau bahan pelajaran yang diorganisasikan dan menggambarkan sebuah gagasan yang mendasar dari suatu bahan pelajaran tersebut (Goetz & Armbruster dalam West et.al, 1991:58). Banyak ilmuwan kognitif percaya bahwa pembelajaran terbaik dimulai dari gambar yang besar, satu skema yang merupakan pengetahuan yang lengkap atau menyeluruh. Jika gambar besar terletak dalam teks, maka perancang mempunyai tugas membuat penekanan pada gambar besar tersebut. Jika gambar besar tidak ada maka perancang mempunyai tugas untuk membangun gambar besar tersebut dan memberi penekanan
Berpijak pada desain yang dikemukakan dalam beberapa teks yang telah ditulis, atau pada materi pembelajaran yang lainnya, diperlukan suatu stuktur yang ada di gagasan kita, konsep atau fakta yang diorganisasikan, maka siswa dengan mudah tertanam mengenai materi pelajaran, meskipun mereka tidak pernah mengetahui strukturnya seperti apa. Tertanamnya suatu pengetahuan merupakan hal yang perlu kita bahas sebagaimana keyakinan para ahli. Pembelajaran yang baik bermula dari sebuah gambar yang besar, suatu skema, struktur kognitif yang runtut. Semuanya itu tercantum dalam materi pelajaran yang biasanya hanya dalam bentuk teks.
Jika suatu bagan yang besar dilengkapi dengan teks, diharapkan dapat menekankan bagian pentingnya. Jika suatu saat tidak ada gambarnya, diharapkan siswa dapat membuat gambar tersebut dan menjelaskannya. Jadi meskipun  tidak tahu struktur teks atau gambarnya, pembelajaran dapat berhasil sampai bagian perbagiannya. Pada akhirnya ketika mempelajari bagian-bagian dari materi pelajaran, tidak mungkin lupa begitu saja.
Ahli psikolog kognitif menawarkan beberapa strategi yang sebagian sesuai dengan penyediaan satu gambar besar supaya para siswa dapat relative lebih mudah memahami gambar besar ini kemudian menyesuaikan dari teks atau dari materi-materi ke dalam struktur, atau cetakan (Davies & Greene dalam West et. Al, 1991 : 59). Dengan kata lain, para siswa harus mempunyai satu gambar besar, kemudian mengasimilsikan dengan kenyataan, konsep, ide-ide kedalam struktur, skema, gambar besar tersebut.
Dalam program pengajaran, sebuah frame adalah satu unit perintah yang biasanya terdiri dari presentasi singkat dan hal-hal yang simple dari informasi, satu pertanyaan dan satu tempat untuk sebuah jawaban dari pertanyaan. Para siswa menyediakan jawaban, biasanya dalam jawaban singkat atau dalam bentuk pilihan ganda.
Misalnya dalam mata pelajaran Matematika  materi pelajaran bangun datar, siswa SD kelas 4 :
Nama bangun Datar
Gambar
Jumlah Simetri Lipat
Jumlah Simetri Putar
Persegi

4
4
Persegi panjang

2
2
Segitiga sama sisi

3
3
Segitiga sama kaki

1
1
Segitiga sama siku-siku

1
1

Contoh lain dalam menyampaikan mata pelajaran IPA SD Kelas IV  Konsep Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan  :
Nama Bagian tumbuhan
Fungsi
Sub bagian
Fungsi
Daun
Untuk fotosintesis
Stomata
Untuk pernafasan dan penguapan
Batang
Alat transportasi, Penopang tubuh
Lentisel
Untuk pernafasan dan penguapan
Akar
Menyerap unsur hara
Tudung akar
Melindungi akar saat menembus tanah
Bunga
Alat reproduksi
Putik dan benang sari
Sel kelamin betina dan jantan
Buah
Cadangan makanan
Tangkai buah
Menghubungkan buah dengan batang
Biji
Bakal tumbuhan baru
Lembaga
Bakal tumbuhan baru

2. Latar Belakang Penelitian dan Pengembangan
Pada dasarnya sebagian besar riset pada srategi kognitif yang lain, riset dan pengembangan pada metode frame sudah terjadi dalam penyusunan peraturan-peraturan di bidang pendidikan pada sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah menengah atas dan universitas. Beberapa disiplin ilmu misalnya dasar-dasar membaca, ilmu sejarah pada sekolah menengah pertama dan atas, serta ilmu-ilmu sains di universitas.
Mereka menggunakan suatu frame yang mempunyai aplikasi-aplikasi luas/lebar, terutama dalam pelajaran sejarah. Mereka memasukkan tujuan pembelajaran dalam suatu frame. Frame jenis ini muncul untuk merunut dari suatu riset pada narasi tatabahasanya. Sebagai contoh adalah adanya sebuah studi sejarah pada sekolah menengah pertama kolonial dicoba diorganisasikan dalam suatu frame.
Frame suatu cerita disusun sebagai frame yang meliputi adanya rencana – tujuan – pelaksanaan. Dalam satu contoh dari riset ini, adalah mereka bekerja dengan para siswa kelas intermediate/antara dalam pelajaran membaca. Frame jenis ini termasuk karakter-karakter pengaturan, label-label alur cerita dan kesimpulan ditulis dalam suatu baris, sedangkan cerita-cerita yang berbeda ditulis dalam suatu kolom. Para siswa belajar struktur dan bagian-bagian dari suatu cerita, lalu mampu secara benar mengisi bagian-bagian untuk cerita yang lain. Pembaca yang baik dapat mengungkapkan kembali lebih baik daripada pembaca yang sekedarnya, setelah menggunakan metode frame tersebut, sebagaimana yang diharapkan. Tetapi belum ada yang mengamati perbedaan antara pembaca yang sekedarnya dengan pembaca yang baik dalam hal pengetahuan mereka pada penggunaan metode frame tersebut.
Kegiatan semacam ini pasti mempunyai pengaruh yang substansial di sekolah-sekolah, terutama sekali di dalam penulisan cerita. Para guru melaporkan bahwa bentuk frame  yang digunakan adalah sesuai dengan yang dirancang oleh Dreber dan Singer. Pelatihan dan membaca cerita dengan frame sebagai pedoman, kemudian latihan selanjutnya adalah menulis kembali cerita dengan menggunakan frame juga sebagai panduannya. Para siswa sekolah dasar ternyata telah mampu menulis cerita-cerita mereka sendiri.
Dengan membandingkan antara para mahasiswa di perguruan tinggi dalam mengikuti kuliah ilmu faal dan neuroanatomi, dengan pelajaran biologi dan sejarah pada sekolah menengah, Vaughan menyelidiki tentang pengaruh penggunaan Frame dalam pembelajaran maupun mengungkap kembali daya ingatannya.
Fungsi dari Frame-tipe 1 adalah 1) Menampakkan sebuah struktur yang pekat-padat yang di dalamnya terdapat rincian yang terorganisasikan dengan baik yang memudahkan dalam pemahaman, 2) Memaparkan sejumlah Materi saling berhubungan yang bermakna, 3) Menyediakan isyarat atau petunjuk bagi siswa hal-hal terpenting dari suatu bahan pembelajaran
3. Petunjuk Praktis dan Penggunaannya Bagi Desainer
Telah ditunjukkan, bahwa frame adalah teknik yang sering digunakan pada desain pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan yang sangat signifikan untuk para desainer pembelajaran. Hal yang tepat dari semua strategi pembelajaran, ketika strategi pembelajaran telah terpikirkan kemudian dilaksanakan secara sederhana untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan berpengaruh pada umpan balik jawaban pertanyaan. Pada makalah ini pertanyaan penting yang akan kita diskusikan adalah :
a. Kondisi apa yang harus ditentukan pada penggunaan strategi frame tipe 1?
b. Bagaimana strategi frame diwujudkan ?
c. Kapan, dan berapa lama suatu mata pelajaran , dengan strategi frame yang diperlukan ?
d. Dapatkah siswa belajar dengan strategi frame ?
e. Dapatkah strategi frame digunakan untuk mengakomodasi pembelajaran, atau apakah mereka hanya membiasakan penggunaan alat bantu ?
f. Apakah strategi frame berguna untuk ilmu pengetahuan yang faktual dan prosedural?
g. Seberapa sering strategi frame digunakan ?
h. Apakah siswa dapat diberi strategi frame secara lengkap atau siswa melengkapinya sendiri ?
i. Dapatkah strategi frame membantu dalam diskusi, tulisan, pikiran, kreatifitas, dan pembelajaran kooperatif ?
j. Seberapa luas perangkat informasi dapat diatur ?

a. Kondisi seperti apa yang menentukan digunakannnya model frame tipe 1 ?
Menurut Gagne dan Driscoll, 1988, ada 3 jenis variabel yaitu : variabel isi, variabel tugas, dan outcomes. Pada bagian variabel isi telah dibahas pada 2 bab sebelumnya, di mana diharapkan sudah kita pahami. Pada bagian variabel tugas terdiri atas integratif dan disintegratif. Integratif maksudnya adalah mengajar  secara holistik seluas-luasnya atau membantu mengelola berbagai informasi secara intelek. Sedangkan disintegratif diartikan sebagai bagian dari pembelajaran atau bagian dari transfer pengetahuan dalam pembelajaran. Pada bagian ketiga yaitu outcomes, Gagne dan Driscoll menyatakan bahwa informasi dianggap sebagai pengetahuan deklaratif yang sesuai dengan fakta-fakta, generalisasi dan prinsip-prinsipnya.
Kondisi yang tepat untuk menggunakan frame-tipe 1 adalah 1) Tepat untuk jenis ilmu pengetahuan: deklaratif (informasi verbal: fakta, konsep, generalisasi); prosedural (keterampilan intelektual: pembedaan konsep, hukum, & hukum-hukum tingkat tinggi; 2) Tepat untuk tugas-tugas yang bersifat integratif (bersifat holistik, informasi dengan jumlah relatif besar); 3) Tepat untuk ilmu pengetahuan dengan struktur sedang.
b. Bagaimana model frame dibangun?
Pada langkah awal frame dibangun melalui inspeksi terhadap materi dalam pelajaran atau bagian-bagian yang terkandung dalam gagasan besar, konsep atau prinsip-prinsipnya. Untuk mendesainnya, materi-materi pelajaran tersebut lebih dahulu ditulis dan diorganisasi sesuai dengan frame adalah menentukan letak bagian-bagian tersebut dalam suatu matrik yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan dan outcomenya.
Bagaimana suatu frame disusun?
Langkah pertama dalam penyusunan kerangka adalah untuk melihat materi-meteri dalam pembelajaran untuk menemukan ide pokok, konsep dan prinsip.
Langkah kedua, perancang dari materi pelajaran, materi tersebut harus ditulis dan mengorganisasikan struktur dan kerangka berikut. Jika penulis materi mengikuti kerangka tersebut dalam cara-cara horizontal (baris) dan vertical (kolom) dapat menjadi hal yang utama.
Langkah ketiga, dalam kerangka adalah untuk memutuskan apakah bahan tersebut berperan penting untuk sebuah matrik atau tidak.
Langkah keempat adalah untuk menggambarkan kerangka dan menamai atau melabeli kolom dan baris tersebut.
c.  Kapan model frame dapat digunakan?
Model frame dapat membantu pembelajaran sehingga subtansi materi pelajaran ditampilkan lebih baik dalam pengenalan materi, selama materi pelajaran disampaikan ataupun pada akhir pelajaran. Jika siswa dapat memahami model frame ini dapat dipastikan mereka dapat menginspeksi materi pelajaran dari frame yang telah dibangunnya.
d.  Dapatkah siswa belajar dengan membangun frame?
Riset membuktikan bahwa siswa dapat belajar dengan menggunakan model frame. Hal itu disampaikan oleh Armbuster, Anderson dan Ostertag, tahun 1987, serta Vaughan tahun 1984. Penemuan tersebut telah menggugurkan pemahaman substansi yang telah berlangsung dari kelas 5 sekolah menengah dan sekolah tingkat atas sampai sekolah kesehatan. Akibatnya dapat dirasakan sekarang bahwa telah terjadi variasi pada materi pelajaran sejarah, sosial, dan biologi.
e.  Mengeksplorasi atau mengatur kembali?
Ketika pembelajaran itu dengan mengeksplorasi atau mengatur kembali seluas-luasnya, maka pembelajaran seperti itu akan lebih condong untuk membentuk frame. Bagian yang kecil itu merupakan gambaran besar sebagai hal baru bagi siswa. Jika hal tersebut sebagai hal baru bagi siswa dan kemudian dipelajari oleh siswa tersebut, maka terjadilah pengaturan kembali terhadap pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki.
f.  Pengetahuan yang deklaratif, prosedural, atau kondisional?
Kita melihat bahwa pembelajaran model frame sebagai gambaran besar dan substansial yang mendukung pengetahuan pada kedua hal yaitu deklaratif dan prosedural. Di negara Inggris, biasanya penyusunan matrik dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Sedangkan frame kurang lebih sama, tetapi dalam bentuk kolom dan baris.
g.  Sesering apakah model frame digunakan?
Jika penggunaan berlebihan tentang sesuatu strategi tertentu, termasuk penggunaan model bagan, dapat membosankan dan dapat mengakibatkan daya ingat lemah. Terlalu banyak bagan-bagan dapat menghalangi satu sama lain dan hasilnya kurang bagus. Bermacam-macam strategi adalah sangat penting, tetapi tidak semua strategi adalah sesuai dengan isi pelajaran. Tetapi juga karena para siswa perlu untuk belajar semua strategi agar menjadi pengetahuan yang lebih, wajar kalau memperhatikan karakteristik materi pelajaran, termasuk penggunaan bagan bisa disesuaikan penggunaannya.
h.  Apakah siswa dapat diberi strategi frame secara lengkap atau siswa melengkapinya sendiri?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat kembali desainnya. Bagan digunakan untuk membantu pembelajaran. Desainer yang merancang bagan, kemudian siswa dapat mempelajari konstruksi bagan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui model bagan, bagimanapun juga siswa belum terbiasa membuat atau menciptakan bagan. Siswa terbiasa belajar dari satu teks atau bagan yang sudah ada. Desainer dapat memasukkan keterampilan-keterampilan dalam penyusunan pembelajaran sehingga siswa dapat menyusun bagan sendiri.
i.   Dapatkan strategi frame membantu dalam diskusi, tulisan, pikiran, kreativitas dan pembelajaran kooperatif?
Para guru sudah mengangkat isu-isu substansiil tentang pembelajaran formal, misalnya gagasan bahwa pembelaran yang baik perlu direncanakan untuk memecahkan masalah, pemikiran, dan kreativitas. Gagasan seperti itu perlu didukung adanya dasar-dasar dan pengembangannya dalam suatu bagan.
Bagan bisa membantu diskusi kelompok, selama konstruksi keduanya adalah konstruksi dari suatu bagan yang dapat menyelesaikan beberapa alur. Bagan dapat pula menyediakan suatu dasar yang fleksibel untuk perkembangan gagasan dan evaluasinya. Suatu bagan dapat menyediakan peluang-peluang bagi mereka yang segan untuk dirangsang gagasannya baik secara kelompok maupun individu untuk membangun dan melengkapi bagan-bagan tersebut. Bagan dapat juga digunakan dalam pengungkapan pendapat untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang menyimpang, kemudian untuk mengevaluasi gagasan-gagasan tersebut.
Dalam Keterampilan menulis, model bagan dapat menyediakan bantuan beberapa penulis baru. Para guru menggunakan sejarah bagan sebagai bantuan untuk mengajar menulis sejak kelas awal. Berangkat dari hal tersebut muncullah beberapa penulis dengan gaya mereka, sehingga secara tidak disadari penggunaan model bagan tersebut dipakai.
j.   Seberapa luas perangkat informasi dapat diatur?
Dalam model bagan, ada 3 ketentuan pokok yaitu: 1) mempunyai banyak coloumns dan / atau baris-baris. 2) menyusun bagan di dalam bagan (dalam alur-alur), dan 3) mengembangkan bagan tiga dimensi.
Dengan mengandung banyak kolom dan baris, memungkinkan lebih banyak informasi, tidak hanya terbatas pada materi-materi yang penting saja. Dalam pembuatan buku, bagaimanapun, dimungkinkan untuk membongkar bagan dengan banyak baris dan kolom dan tempat-tempat yang memungkinkan untuk menambah suatu halaman, tetapi makin banyak bagian-bagian dari bagan itu dipisah-pisahkan, akan makin berkurang fungsinya dalam menyediakan gambaran besar. Dengan begitu banyak kolom dan baris-baris, dapat juga dilakukan dalam media computer, tetapi seperti halnya ukuran buku, ukuran layar computer dapat menghambat banyaknya keterangan yang dapat diwakili.
4.  Hibridisasi
Bagan tipe 1 bisa dikombinasikan dengan kebanyakan dari strategi yang lain. Beberapa siswa dapat menggunakan perumpamaan dengan bagan-bagan, terutama jika tercakup dalam materi yang kongkrit. Dalam mempelajari bagan-bagan atau membangun bagan, para siswa akan terlibat dalam banyak macam aktivitas  yang strategis yang dapat kita kelompokkan sebagai latihan, tambahan keterampilan, terutama jika materi tidak dapat digambarkan, para siswa boleh menggunakan alat bantu mengingat atau jembatan keledai.
Jika materi palajaran disajikan dalam suatu bagan, atau dalam bentuk strategi pelajaran yang lebih luas, mungkin terasa sulit  bagi beberapa siswa. Karena teori strategi yang lain hampir selalu melibatkan manusia belajar, kita mengusulkan suatu model yang mudah dikenal siswa yaitu jika strategi ruang digunakan dalam teknik-teknik desain.
Pertama, seorang siswa, seorang penulis teks, seorang desainer atau seorang guru akan terlibat dalam satu atau lebih pengorganisasian strategi yang dibahas. Kegiatan seperti itu tidak bisa dipisahkan dalam rangka untuk mengetahui dan mengkomunikasikan pengetahuan. Hal itu berkaitan dalam perencanaan beberapa produk. Kedua, produk tersebut bisa berupa suatu peta atau kosep yang dikembangkan. Akhirnya, produk itu dapat diproses menggunakan satu atau beberapa strategi seperti dengan penggambaran, latihan atau jembatan keledai.

C. Kesimpulan
Frame-tipe 1 merupakan suatu struktur bahan bacaan yang menggambarkan sebuah gagasan mendasar dari suatu bahan bacaan (“gambar besar” dapat dalam bentuk matriks).
Frame-tipe 1 dapat pula mempunyai makna sebagai sebuah kisi-kisi atau matriks atau kerangka dari suatu pengetahuan. Frame-tipe 1 merupakan strategi yang sangat tepat untuk memperoleh pemahaman atas sebuah bahan bacaan.
Dari penelitian, Frame-tipe 1 juga merupakan strategi yang bagus untuk membantu pemahaman bacaan. Frame-tipe 1 dapat mewakili struktur ilmu pengetahuan yang ada dalam pikiran penulis teks ilmiah dan dapat menciptakan suatu koherensi dalam dalam sebuah teks. Lebih lanjut, frame-tipe 1 direkomendasikan sebagai cara utama dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan beserta strukturnya sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi dan belajar daripadanya.

DAFTAR PUSTAKA
Charles K West, James A Farmer, Philip M Wolff. 1991. Instructional Design, Implication from Cognitive Science. University of Illinois at Urbana Champaign. Allyn and Bacon. Boston-London-Toronto-Sydney-Tokyo-Singapore.

1 komentar: