PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
(FRAME TIPE 1)
A. PENDAHULUAN
Belajar
merupakan pusat dari kecakapan kita untuk membiasakan hal-hal yang kecil dan
mendalam terhadap tuntutan lingkungan. Hal tersebut membuat perbedaan antara
harapan dengan kegiatan nyata. Pada akhirnya, proses ini dibutuhkan penting untuk mengetahui
kekayaan alam dengan berbagai pengalaman dan kesempatan.
Dua golongan orang
yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran adalah guru dan desainer pembelajaran.
Pada bagian awal kita akan membahas tentang strategi kognitif,
sebab pandangan kita bahwa strategi kognitif, merupakan sumbangan utama
mengenai pengetahuan kognitif dalam desain pembelajaran.
Secara tradisional, desain pembelajaran diorganisasikan
sebagai bagian dari kegiatan yang berkisar pada 5 langkah. Ada beberapa
langkah-langkah tersebut. Beberapa model yang lain mengajukan tidak hanya 5
langkah, tetapi lebih banyak lagi. Menurut Charles K. West dan kawan-kawan, ada
9 strategi yang dikemukakan, yaitu : chunking, frame tipe 1, frame tipe 2,
concept mapping, advance organizer, metaphor, rehersal, imagery, dan mnemonics.
Pada makalah ini, akan dibahas strategi frame/bagan tipe 1.
Strategi ini merupakan salah satu dari strategi spasial, di mana mempunyai 5
bagian yaitu; 1) kita menyediakan beberapa pengenalan dan materi-materi yang
melatar belakangi strategi frame tersebut, 2) kita diskusikan tentang
penelitian dan usaha-usaha pengembangannya, 3) kita sampaikan mengenai petunjuk
bagi desainer, 4) tentang hibridisasi, dan kesimpulannya.
B. STRATEGI FRAME TIPE 1
1. Mengenal
Strategi Frame Tipe 1
Frame-tipe 1 merupakan rancangan Materi pelajaran atau bahan
pelajaran yang diorganisasikan dan menggambarkan sebuah gagasan yang mendasar
dari suatu bahan pelajaran tersebut (Goetz & Armbruster dalam West et.al,
1991:58). Banyak ilmuwan kognitif percaya bahwa pembelajaran terbaik dimulai
dari gambar yang besar, satu skema yang merupakan pengetahuan yang lengkap atau
menyeluruh. Jika gambar besar terletak dalam teks, maka perancang mempunyai
tugas membuat penekanan pada gambar besar tersebut. Jika gambar besar tidak ada
maka perancang mempunyai tugas untuk membangun gambar besar tersebut dan memberi penekanan
Berpijak pada desain yang dikemukakan dalam beberapa teks
yang telah ditulis, atau pada materi pembelajaran yang lainnya, diperlukan
suatu stuktur yang ada di gagasan kita, konsep atau fakta yang diorganisasikan,
maka siswa dengan mudah tertanam mengenai materi pelajaran, meskipun mereka
tidak pernah mengetahui strukturnya seperti apa. Tertanamnya suatu pengetahuan
merupakan hal yang perlu kita bahas sebagaimana keyakinan para ahli.
Pembelajaran yang baik bermula dari sebuah gambar yang besar, suatu skema,
struktur kognitif yang runtut. Semuanya itu tercantum dalam materi pelajaran
yang biasanya hanya dalam bentuk teks.
Jika suatu bagan yang besar dilengkapi
dengan teks, diharapkan dapat menekankan bagian pentingnya. Jika suatu saat
tidak ada gambarnya, diharapkan siswa dapat membuat gambar tersebut dan
menjelaskannya. Jadi meskipun tidak tahu struktur teks atau gambarnya,
pembelajaran dapat berhasil sampai bagian perbagiannya. Pada akhirnya ketika
mempelajari bagian-bagian dari materi pelajaran, tidak mungkin lupa begitu
saja.
Ahli
psikolog kognitif menawarkan beberapa strategi yang sebagian sesuai dengan
penyediaan satu gambar besar supaya para siswa dapat relative lebih mudah
memahami gambar besar ini kemudian menyesuaikan dari teks atau dari
materi-materi ke dalam struktur, atau cetakan (Davies & Greene dalam West
et. Al, 1991 : 59). Dengan kata lain, para siswa harus mempunyai satu gambar
besar, kemudian mengasimilsikan dengan kenyataan, konsep, ide-ide kedalam
struktur, skema, gambar besar tersebut.
Dalam
program pengajaran, sebuah frame adalah satu unit perintah yang biasanya
terdiri dari presentasi singkat dan hal-hal yang simple dari informasi, satu
pertanyaan dan satu tempat untuk sebuah jawaban dari pertanyaan. Para siswa
menyediakan jawaban, biasanya dalam jawaban singkat atau dalam bentuk pilihan
ganda.
Misalnya dalam mata pelajaran Matematika materi
pelajaran bangun datar, siswa SD kelas 4 :
Nama bangun
Datar
|
Gambar
|
Jumlah
Simetri Lipat
|
Jumlah
Simetri Putar
|
Persegi
|
4
|
4
|
|
Persegi
panjang
|
2
|
2
|
|
Segitiga sama
sisi
|
3
|
3
|
|
Segitiga sama
kaki
|
1
|
1
|
|
Segitiga sama siku-siku
|
1
|
1
|
Contoh lain dalam menyampaikan mata
pelajaran IPA SD Kelas IV Konsep Struktur dan Fungsi Bagian
Tumbuhan :
Nama Bagian tumbuhan
|
Fungsi
|
Sub bagian
|
Fungsi
|
Daun
|
Untuk fotosintesis
|
Stomata
|
Untuk pernafasan dan penguapan
|
Batang
|
Alat transportasi, Penopang tubuh
|
Lentisel
|
Untuk pernafasan dan penguapan
|
Akar
|
Menyerap unsur hara
|
Tudung akar
|
Melindungi akar saat menembus tanah
|
Bunga
|
Alat reproduksi
|
Putik dan benang sari
|
Sel kelamin betina dan jantan
|
Buah
|
Cadangan makanan
|
Tangkai buah
|
Menghubungkan buah dengan batang
|
Biji
|
Bakal tumbuhan baru
|
Lembaga
|
Bakal tumbuhan baru
|
2. Latar Belakang Penelitian dan
Pengembangan
Pada dasarnya sebagian besar riset pada
srategi kognitif yang lain, riset dan pengembangan pada metode frame sudah
terjadi dalam penyusunan peraturan-peraturan di bidang pendidikan pada sekolah
dasar, sekolah menengah, sekolah menengah atas dan universitas. Beberapa
disiplin ilmu misalnya dasar-dasar membaca, ilmu sejarah pada sekolah menengah
pertama dan atas, serta ilmu-ilmu sains di universitas.
Mereka menggunakan suatu frame yang
mempunyai aplikasi-aplikasi luas/lebar, terutama dalam pelajaran sejarah.
Mereka memasukkan tujuan pembelajaran dalam suatu frame. Frame jenis ini muncul
untuk merunut dari suatu riset pada narasi tatabahasanya. Sebagai contoh adalah
adanya sebuah studi sejarah pada sekolah menengah pertama kolonial dicoba
diorganisasikan dalam suatu frame.
Frame suatu cerita disusun sebagai
frame yang meliputi adanya rencana – tujuan – pelaksanaan. Dalam satu contoh
dari riset ini, adalah mereka bekerja dengan para siswa kelas
intermediate/antara dalam pelajaran membaca. Frame jenis ini termasuk
karakter-karakter pengaturan, label-label alur cerita dan kesimpulan ditulis
dalam suatu baris, sedangkan cerita-cerita yang berbeda ditulis dalam suatu
kolom. Para siswa belajar struktur dan bagian-bagian dari suatu cerita, lalu
mampu secara benar mengisi bagian-bagian untuk cerita yang lain. Pembaca yang
baik dapat mengungkapkan kembali lebih baik daripada pembaca yang sekedarnya,
setelah menggunakan metode frame tersebut, sebagaimana yang diharapkan. Tetapi
belum ada yang mengamati perbedaan antara pembaca yang sekedarnya dengan
pembaca yang baik dalam hal pengetahuan mereka pada penggunaan metode frame
tersebut.
Kegiatan semacam ini pasti mempunyai
pengaruh yang substansial di sekolah-sekolah, terutama sekali di dalam
penulisan cerita. Para guru melaporkan bahwa bentuk frame yang digunakan
adalah sesuai dengan yang dirancang oleh Dreber dan Singer. Pelatihan dan
membaca cerita dengan frame sebagai pedoman, kemudian latihan selanjutnya
adalah menulis kembali cerita dengan menggunakan frame juga sebagai panduannya.
Para siswa sekolah dasar ternyata telah mampu menulis cerita-cerita mereka
sendiri.
Dengan membandingkan antara para
mahasiswa di perguruan tinggi dalam mengikuti kuliah ilmu faal dan
neuroanatomi, dengan pelajaran biologi dan sejarah pada sekolah menengah,
Vaughan menyelidiki tentang pengaruh penggunaan Frame dalam pembelajaran maupun
mengungkap kembali daya ingatannya.
Fungsi
dari Frame-tipe 1 adalah 1) Menampakkan sebuah struktur yang pekat-padat yang
di dalamnya terdapat rincian yang terorganisasikan dengan baik yang memudahkan
dalam pemahaman, 2) Memaparkan sejumlah Materi saling berhubungan yang
bermakna, 3) Menyediakan isyarat atau petunjuk bagi siswa hal-hal terpenting dari
suatu bahan pembelajaran
3. Petunjuk
Praktis dan Penggunaannya Bagi Desainer
Telah ditunjukkan, bahwa frame adalah
teknik yang sering digunakan pada desain pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan
yang sangat signifikan untuk para desainer pembelajaran. Hal yang tepat dari
semua strategi pembelajaran, ketika strategi pembelajaran telah terpikirkan
kemudian dilaksanakan secara sederhana untuk menyampaikan materi pelajaran yang
akan berpengaruh pada umpan balik jawaban pertanyaan. Pada makalah ini pertanyaan
penting yang akan kita diskusikan adalah :
a. Kondisi apa yang harus ditentukan
pada penggunaan strategi frame tipe 1?
b. Bagaimana strategi frame diwujudkan
?
c. Kapan, dan berapa lama suatu mata
pelajaran , dengan strategi frame yang diperlukan ?
d. Dapatkah siswa belajar dengan
strategi frame ?
e. Dapatkah strategi frame digunakan
untuk mengakomodasi pembelajaran, atau apakah mereka hanya membiasakan
penggunaan alat bantu ?
f. Apakah strategi frame berguna untuk
ilmu pengetahuan yang faktual dan prosedural?
g. Seberapa sering strategi frame
digunakan ?
h. Apakah siswa dapat diberi strategi
frame secara lengkap atau siswa melengkapinya sendiri ?
i. Dapatkah strategi frame membantu
dalam diskusi, tulisan, pikiran, kreatifitas, dan pembelajaran kooperatif ?
j. Seberapa luas perangkat informasi
dapat diatur ?
a. Kondisi
seperti apa yang menentukan digunakannnya model frame tipe 1 ?
Menurut Gagne
dan Driscoll, 1988, ada 3 jenis variabel yaitu : variabel isi, variabel tugas,
dan outcomes. Pada bagian variabel isi telah dibahas pada 2 bab sebelumnya, di
mana diharapkan sudah kita pahami. Pada bagian variabel tugas terdiri atas
integratif dan disintegratif. Integratif maksudnya adalah mengajar secara
holistik seluas-luasnya atau membantu mengelola berbagai informasi secara
intelek. Sedangkan disintegratif diartikan sebagai bagian dari pembelajaran
atau bagian dari transfer pengetahuan dalam pembelajaran. Pada bagian ketiga
yaitu outcomes, Gagne dan Driscoll menyatakan bahwa informasi dianggap sebagai
pengetahuan deklaratif yang sesuai dengan fakta-fakta, generalisasi dan
prinsip-prinsipnya.
Kondisi yang tepat untuk menggunakan frame-tipe 1 adalah 1)
Tepat untuk jenis ilmu pengetahuan: deklaratif (informasi verbal: fakta,
konsep, generalisasi); prosedural (keterampilan intelektual: pembedaan konsep,
hukum, & hukum-hukum tingkat tinggi; 2) Tepat untuk tugas-tugas yang
bersifat integratif (bersifat holistik, informasi dengan jumlah relatif besar);
3) Tepat untuk ilmu pengetahuan dengan struktur sedang.
b. Bagaimana model
frame dibangun?
Pada langkah
awal frame dibangun melalui inspeksi terhadap materi dalam pelajaran atau
bagian-bagian yang terkandung dalam gagasan besar, konsep atau
prinsip-prinsipnya. Untuk mendesainnya, materi-materi pelajaran tersebut lebih
dahulu ditulis dan diorganisasi sesuai dengan frame adalah menentukan letak
bagian-bagian tersebut dalam suatu matrik yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan dan outcomenya.
Bagaimana
suatu frame disusun?
Langkah
pertama dalam penyusunan kerangka adalah untuk melihat materi-meteri dalam
pembelajaran untuk menemukan ide pokok, konsep dan prinsip.
Langkah
kedua, perancang dari materi pelajaran, materi tersebut harus ditulis dan
mengorganisasikan struktur dan kerangka berikut. Jika penulis materi mengikuti
kerangka tersebut dalam cara-cara horizontal (baris) dan vertical (kolom) dapat
menjadi hal yang utama.
Langkah
ketiga, dalam kerangka adalah untuk memutuskan apakah bahan tersebut berperan
penting untuk sebuah matrik atau tidak.
Langkah
keempat adalah untuk menggambarkan kerangka dan menamai atau melabeli kolom dan
baris tersebut.
c. Kapan
model frame dapat digunakan?
Model frame
dapat membantu pembelajaran sehingga subtansi materi pelajaran ditampilkan
lebih baik dalam pengenalan materi, selama materi pelajaran disampaikan ataupun
pada akhir pelajaran. Jika siswa dapat memahami model frame ini dapat
dipastikan mereka dapat menginspeksi materi pelajaran dari frame yang telah
dibangunnya.
d.
Dapatkah siswa belajar dengan membangun frame?
Riset membuktikan
bahwa siswa dapat belajar dengan menggunakan model frame. Hal itu disampaikan
oleh Armbuster, Anderson dan Ostertag, tahun 1987, serta Vaughan tahun 1984.
Penemuan tersebut telah menggugurkan pemahaman substansi yang telah berlangsung
dari kelas 5 sekolah menengah dan sekolah tingkat atas sampai sekolah
kesehatan. Akibatnya dapat dirasakan sekarang bahwa telah terjadi variasi pada
materi pelajaran sejarah, sosial, dan biologi.
e.
Mengeksplorasi atau mengatur kembali?
Ketika
pembelajaran itu dengan mengeksplorasi atau mengatur kembali seluas-luasnya,
maka pembelajaran seperti itu akan lebih condong untuk membentuk frame. Bagian
yang kecil itu merupakan gambaran besar sebagai hal baru bagi siswa. Jika hal
tersebut sebagai hal baru bagi siswa dan kemudian dipelajari oleh siswa
tersebut, maka terjadilah pengaturan kembali terhadap pengetahuan-pengetahuan
yang ia miliki.
f.
Pengetahuan yang deklaratif, prosedural, atau kondisional?
Kita melihat
bahwa pembelajaran model frame sebagai gambaran besar dan substansial yang
mendukung pengetahuan pada kedua hal yaitu deklaratif dan prosedural. Di negara
Inggris, biasanya penyusunan matrik dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
Sedangkan frame kurang lebih sama, tetapi dalam bentuk kolom dan baris.
g. Sesering
apakah model frame digunakan?
Jika penggunaan
berlebihan tentang sesuatu strategi tertentu, termasuk penggunaan model bagan,
dapat membosankan dan dapat mengakibatkan daya ingat lemah. Terlalu banyak
bagan-bagan dapat menghalangi satu sama lain dan hasilnya kurang bagus.
Bermacam-macam strategi adalah sangat penting, tetapi tidak semua strategi
adalah sesuai dengan isi pelajaran. Tetapi juga karena para siswa perlu untuk
belajar semua strategi agar menjadi pengetahuan yang lebih, wajar kalau
memperhatikan karakteristik materi pelajaran, termasuk penggunaan bagan bisa
disesuaikan penggunaannya.
h. Apakah
siswa dapat diberi strategi frame secara lengkap atau siswa melengkapinya
sendiri?
Untuk menjawab
pertanyaan ini kita harus melihat kembali desainnya. Bagan digunakan untuk
membantu pembelajaran. Desainer yang merancang bagan, kemudian siswa dapat
mempelajari konstruksi bagan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui model
bagan, bagimanapun juga siswa belum terbiasa membuat atau menciptakan bagan. Siswa
terbiasa belajar dari satu teks atau bagan yang sudah ada. Desainer dapat
memasukkan keterampilan-keterampilan dalam penyusunan pembelajaran sehingga
siswa dapat menyusun bagan sendiri.
i.
Dapatkan strategi frame membantu dalam diskusi, tulisan, pikiran, kreativitas
dan pembelajaran kooperatif?
Para guru sudah
mengangkat isu-isu substansiil tentang pembelajaran formal, misalnya gagasan
bahwa pembelaran yang baik perlu direncanakan untuk memecahkan masalah,
pemikiran, dan kreativitas. Gagasan seperti itu perlu didukung adanya
dasar-dasar dan pengembangannya dalam suatu bagan.
Bagan bisa
membantu diskusi kelompok, selama konstruksi keduanya adalah konstruksi dari
suatu bagan yang dapat menyelesaikan beberapa alur. Bagan dapat pula
menyediakan suatu dasar yang fleksibel untuk perkembangan gagasan dan
evaluasinya. Suatu bagan dapat menyediakan peluang-peluang bagi mereka yang
segan untuk dirangsang gagasannya baik secara kelompok maupun individu untuk
membangun dan melengkapi bagan-bagan tersebut. Bagan dapat juga digunakan dalam
pengungkapan pendapat untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang menyimpang,
kemudian untuk mengevaluasi gagasan-gagasan tersebut.
Dalam
Keterampilan menulis, model bagan dapat menyediakan bantuan beberapa penulis
baru. Para guru menggunakan sejarah bagan sebagai bantuan untuk mengajar
menulis sejak kelas awal. Berangkat dari hal tersebut muncullah beberapa
penulis dengan gaya mereka, sehingga secara tidak disadari penggunaan model
bagan tersebut dipakai.
j.
Seberapa luas perangkat informasi dapat diatur?
Dalam model
bagan, ada 3 ketentuan pokok yaitu: 1) mempunyai banyak coloumns dan / atau
baris-baris. 2) menyusun bagan di dalam bagan (dalam alur-alur), dan 3)
mengembangkan bagan tiga dimensi.
Dengan
mengandung banyak kolom dan baris, memungkinkan lebih banyak informasi, tidak
hanya terbatas pada materi-materi yang penting saja. Dalam pembuatan buku,
bagaimanapun, dimungkinkan untuk membongkar bagan dengan banyak baris dan kolom
dan tempat-tempat yang memungkinkan untuk menambah suatu halaman, tetapi makin
banyak bagian-bagian dari bagan itu dipisah-pisahkan, akan makin berkurang
fungsinya dalam menyediakan gambaran besar. Dengan begitu banyak kolom dan
baris-baris, dapat juga dilakukan dalam media computer, tetapi seperti halnya
ukuran buku, ukuran layar computer dapat menghambat banyaknya keterangan yang
dapat diwakili.
4.
Hibridisasi
Bagan tipe 1
bisa dikombinasikan dengan kebanyakan dari strategi yang lain. Beberapa siswa
dapat menggunakan perumpamaan dengan bagan-bagan, terutama jika tercakup dalam
materi yang kongkrit. Dalam mempelajari bagan-bagan atau membangun bagan, para
siswa akan terlibat dalam banyak macam aktivitas yang strategis yang
dapat kita kelompokkan sebagai latihan, tambahan keterampilan, terutama jika
materi tidak dapat digambarkan, para siswa boleh menggunakan alat bantu
mengingat atau jembatan keledai.
Jika materi
palajaran disajikan dalam suatu bagan, atau dalam bentuk strategi pelajaran
yang lebih luas, mungkin terasa sulit bagi beberapa siswa. Karena teori strategi
yang lain hampir selalu melibatkan manusia belajar, kita mengusulkan suatu
model yang mudah dikenal siswa yaitu jika strategi ruang digunakan dalam
teknik-teknik desain.
Pertama,
seorang siswa, seorang penulis teks, seorang desainer atau seorang guru akan
terlibat dalam satu atau lebih pengorganisasian strategi yang dibahas. Kegiatan
seperti itu tidak bisa dipisahkan dalam rangka untuk mengetahui dan
mengkomunikasikan pengetahuan. Hal itu berkaitan dalam perencanaan beberapa
produk. Kedua, produk tersebut bisa berupa suatu peta atau kosep yang
dikembangkan. Akhirnya, produk itu dapat diproses menggunakan satu atau
beberapa strategi seperti dengan penggambaran, latihan atau jembatan keledai.
C. Kesimpulan
Frame-tipe 1 merupakan
suatu struktur bahan bacaan yang menggambarkan sebuah gagasan mendasar dari
suatu bahan bacaan (“gambar besar” dapat dalam bentuk matriks).
Frame-tipe 1 dapat pula mempunyai makna sebagai sebuah kisi-kisi atau matriks atau kerangka dari suatu pengetahuan. Frame-tipe 1 merupakan strategi yang sangat tepat untuk memperoleh pemahaman atas sebuah bahan bacaan.
Frame-tipe 1 dapat pula mempunyai makna sebagai sebuah kisi-kisi atau matriks atau kerangka dari suatu pengetahuan. Frame-tipe 1 merupakan strategi yang sangat tepat untuk memperoleh pemahaman atas sebuah bahan bacaan.
Dari penelitian,
Frame-tipe 1 juga merupakan strategi yang bagus untuk membantu pemahaman
bacaan. Frame-tipe 1 dapat mewakili struktur ilmu pengetahuan yang ada dalam
pikiran penulis teks ilmiah dan dapat menciptakan suatu koherensi dalam dalam
sebuah teks. Lebih lanjut, frame-tipe 1 direkomendasikan sebagai cara utama
dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan beserta strukturnya sehingga peserta
didik dapat lebih memahami materi dan belajar daripadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Charles K West,
James A Farmer, Philip M Wolff. 1991. Instructional Design, Implication from
Cognitive Science. University of Illinois at Urbana Champaign. Allyn and
Bacon. Boston-London-Toronto-Sydney-Tokyo-Singapore.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus