aktifitas belajar

aktifitas belajar

aktifitas belajar

aktifitas belajar

Rabu, 18 Juni 2014

Instructional Design Implication from cognitive scince: Advance Organizer



Advance Oragnizer
Oleh : Derit Vikiyono, Sutarto *

A.    Pengertian
Strategi dalam pengorganisasian pembelajaran yang baik, menurut Ausubel  (1968), harus memenuhi prinsip progressive differentiation dan integrative  reconciliation. Kedua macam prinsip ini dihipotesiskan bisa memperkuat struktur kognitif siswa. Prinsip yang pertama berarti ide-ide yang sangat umum dari suatu pesan pembelajaran disajikan pertama kali kemudiam  secara  bertahap dirinci dan dispesifikasi, sedangkan prinsip yang kedua berarti bahwa ide-ide yang sudah ada yang sebelumnya telah dipelajari dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada
Model pembelajaran advance organizer adalah model pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan struktur kognitif siswa sehingga tercipta kebermaknaan dalam belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ausubel (Joyce, 2009: 281) bahwa advance organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa mengenai pengetahuan mereka tentang materi pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik.

Menurut Ausubel, dalam diri seorang pelajar sudah ada ‘organisasi dan kejelasan tentang pengetahuan di bidang subyek tertentu dan menyebut organisasi ini sebagai Struktur Kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terikat dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya memiliki kaitan yang lebih erat dengan informasi yang diberikan setelahnya dan merupakan ‘jangkar’ (pengait) bagi pembelajaran yang akan datang
Ausubel melihat bahwa fungsi primer pendidikan formal adalah mengorganisasikan berbagai informasi bagi siswa dan mempresentasikan berbagai ide dengan jelas dan tepat karena menurutnya, seni dan ilmu mempresentasikan berbagai ide dan informasi secara bermakna dan secara efektif sehingga muncul makna yang jelas, stabil dan tidak ambigu dan tersimpan dalam jangka lama sebagai sebuah body of knowledge yang terorganisasi.
Advance Organizer terdiri dari dua bentuk yaitu Expository Advantace Organizer dan Cooparative Advance Organizer. Expositori Organizer digunakan jika akan menjalaskan suatu gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling berhubungan sebagai contoh jika kita akan menjelaskan tentang pengolahan data pada perangkat lunak pengolah angka maka kita terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk data.  Expositori Advance Organizer akan sangat membantu memperluas pemahaman konsep bagi siswa. Sedangkan Comparative Advance Oranizer dirancang untuk mengintereasikan konsep baru dengan konsep lama yang telah dimiliki oleh siswa dalam struktur kognitifnya dengan tujuan mempertajam dan memperluas pemahaman konsep. Sebagai contoh pada pengolahan data konsep perkalian berhubungan dengan konsep pembagian.  Jika kita ingin menjelaskan konsep pembagian, melalui pemahaman terhadap perbandingan antara konsep perkalian (konsep lama) dengan konsep pembagian (konsep baru) maka siswa akan mengintergrasikan konsep baru tersebut. Disini tampat posisi Advance Organizer merupakan suatu strategi untuk menjembatani apa yang telah diketahui oleh siswa dan bagaimana mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya pada situasi yang baru.

B.     Fungsi
Fungsi dari advance organizer adalah :
1.      Menjelaskan, mengintegrasikan dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari, dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
2.       Menyusun rangkaian atau arah kurikulum dan melatih siswa secara sistematis dalam suatu gagasan kunci bidang tertentu
3.      Meningkatkan efektifitas dan mengevaluasi pemerolehan siswa pada materi.
4.      Melukiskan dengan jelas, tepat dan eksplisit persamaan dan perbedaan prinsip antara ide-ide yang ada dalam sebuah hal baru yang sedang dipelajari, di satu pihak dan konsep-konsep terkait yang sudah ada dalam struktur kongnitif di lain pihak.
5.      Menyediakan ideational scaffolding, yaitu tempat mengaitkan pengetahuan baru yang lebih rinci agar dapat dipahami dan diingat dengan lebih baik
6.      Dapat menunjukkan perbedaan serta persamaan antara konsep dalam materi baru dengan konsep yang berhubungan dalam struktur kognitif.
7.       Meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.

C.    Struktur pengajaran
Model pembelajaran advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan (Joyce, 2009: 288), yaitu:
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Penyajian Advance Organizer
  1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
  2. Menyajikan Advance Organizer
  3. Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan.
Tahap-2
Penyajian bahan pelajaran


  1. Membuat organisasi secara tegas
  2. Membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit
  3. Memelihara suasana agar penuh perhatian
  4. Menyajikan bahan
Tahap-3
Penguatan organisasi kognitif

  1. Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif
  2. Meningkatkan kegiatan belajar (belajar menerima)
  3. Melakukan pendekatan kritis guna memperjelas materi pelajaran
  4. Mengklarifikasikan

Pada tahap pertama, mengklarifikasikan tujuan pelajaran adalah salah satu cara untuk memperoleh perhatian siswa dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan pembelajaran, keduanya penting untuk memfasilitasi pembelajaran yang bermakna. Menyampaikan Advance organizer adalah gagasan dalam dirinya sendiri dan, seperti materi pelajaran, harus dieksplorasi secara terampil. Ia juga harus dibedakan dari pernyataan-pernyataan pengenalan, yang hanya berguna untuk pelajaran tetapi tidak untuk advance organizer.
Ada dua jenis advance organizer :
1) Expository organizer menjadi konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi. Organizer ini mempresentasikan perancah intelektual tentang bagaimana siswa akan menggantungkan informasi baru yang mereka temui. Organizer ekspositori khususnya berguna karena ia menyediakan perancah ideasional untuk materi-materi yang asing/tidak biasa.
2) Comparative organizer biasanya diterapkan pada materi yang biasa. Organizer ini dirancang untuk membedakan antara konsep baru dan kosep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antar keduanya.

Pada tahap dua beberapa tugas yang harus diselesaikan, yaitu: Membuat organisasi secara tegas, membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit, memelihara suasana agar penuh perhatian, dan menyajikan bahan. Dalam membuat organisasi secara tegas dan membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit, model pembelajaran advance organizer dapat menggunakan media peta konsep dalam aplikasinya dan untuk mempertahankan perhatian dapat dilakukan dengan berbagai rangsangan (gerakan, sikap, nada suara) atau menggunakan media lain untuk melengkapi presentasi. Fase kedua dapat dikembangkan dalam bentuk diskusi, melakukan percobaan, ceramah, siswa memperhatikan gambar-gambar, membaca teks, yang masing-masing diarahkan pada tujuan pengajaran yang ditunjukan pada langkah pertama.
Ada dua prinsip dalam pengembangan dapat dilaksanakan dengan cara:
1)  Diferensiasi progesif yaitu suatu proses mengarahkan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebh rinci dan khusus. Guru dalam mengajarkan konsep-konsep dari yang paling ingklusif kemudian konsep yang kurang ingklusif setelah itu baru yang khusus seperti contoh-contoh.
2)  Rekonsiliasi integrative yaitu pengetahuan baru yang harus dihubungkan dengan isi materi pelajaran sebelumnya. Penyusunan ini berguna untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif.
Pada tahap ketiga, beberapa cara untuk memfasilitasi rekonsiliasi integratif  yaitu : mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan (gambaran yang lebih besar), meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran baru, mengulangi definisi-definisi yang tepat, meminta perbedaan-perbedaan di antara aspek-aspek materi.
Pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan: meminta siswa untuk memberikan tambahan contoh konsep dalam materi pembelajaran baru, meminta siswa untuk menggambarkan bagaimana cara pembelajaran baru dihubungkan dengan aspek pengetahuan mereka atau pengalaman pribadi mereka, meminta siswa untuk memberikan materi secara lisan dan menerjemahkannya ke dalam istilah mereka sendiri dan kerangka acuan sendiri.

Ausubel mendeskripsikan pikiran sebagai sistem pemrosesan dan penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan struktur konseptual suatu disiplin akademik. Pikiran ini secara hirarkis merupakan seperangkat gagasan yang telah diolah dan menjadi gudang penyimpanan untuk beragam informasi dan gagasan. Saat sistem memproses informasi ini memperoleh informasi dan gagasan baru, ia akan mengolah kembali dirinya sendiri untuk mengakomodir gagasan-gagasan tadi. Untuk itulah sistem tersebut berada dalam keadaan yang selalu berubah terus menerus.
Gagasan-gagasan baru dapat dipelajari dan dipertahankan secara fungsional hanya pada jangkauan bahwa gagasan tersebut dapat dihubungkan dengan konsep dan rancangan yang sudah ada yang menyediakan jangkar-jangkar ideasional. Jika materi baru terlalu berlawanan dengan struktur kognitif yang sudah ada atau tidak berhubungan sama sekali dengan konsepsi apapun, pembelajar harus secara aktif merenungkan materi baru itu, berpikir melalui koneksi-koneksi ini, menyatukan perbedaan atau ketidak sesuaian dan mencatat kesamaan-kesamaan dengan informasi yang ada.
Dua prinsip yang berhubungan dengan pemrograman isi materi pembelajaran secara efisien serta dapat diterapkan pada semua bidang pengetahuan adalah prinsip progressive differentiation dan integrative reconcillation. Bila isi pembelajaran disusun berdasarkan prinsip  progressive differentiation, maka konsep yang paling utama dan abstrak akan disajikan terlebih dahulu, lalu secara bertahap akan diikuti oleh konsep yang lebih rinci serta spesifik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bila sistem ingatan manusia sebagai proses dan penyimpan informasi tersusun sedemikian rupa sehingga baik pemahaman pengetahuan baru maupun susunannya dalam struktur kognitif mengikuti prinsip progressive differentiation, akan terjadi pemahaman serta penyimpanan informasi secara optimal. Dalam hal ini guru harus dengan sadar menyusun materi pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut. Sedangkan prinsip integrative reconcillation dalam memprogramkan materi pembelajaran nampak bila terjadi integrasi antara konsep baru dalam materi dengan konsep relevan yang telah terdapat dalam struktur kognitif.


Referensi
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models of Teaching . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Charles. K. West, James A Farmer, Philip M Wolff (1991) Instructional Design Implication from cognitive scince, University of Illionis of Urbana Champaign.

* Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Teknologi Pendidikan UNS

0 komentar:

Posting Komentar