Advance Oragnizer
Oleh : Derit Vikiyono, Sutarto *
A. Pengertian
Strategi dalam
pengorganisasian pembelajaran yang baik, menurut
Ausubel (1968), harus memenuhi
prinsip progressive differentiation
dan integrative reconciliation. Kedua macam
prinsip ini dihipotesiskan bisa
memperkuat struktur
kognitif siswa. Prinsip yang pertama berarti ide-ide
yang sangat umum
dari suatu pesan pembelajaran disajikan
pertama kali
kemudiam
secara bertahap dirinci dan
dispesifikasi,
sedangkan prinsip yang
kedua berarti bahwa ide-ide yang
sudah ada yang sebelumnya telah dipelajari
dikaitkan dengan
pengetahuan yang sudah
ada
Model pembelajaran advance organizer adalah model
pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan struktur kognitif siswa sehingga
tercipta kebermaknaan dalam belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ausubel
(Joyce, 2009: 281) bahwa advance
organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa mengenai
pengetahuan mereka tentang materi pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola,
memperjelas dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik.
Menurut
Ausubel, dalam diri seorang pelajar sudah ada ‘organisasi dan kejelasan tentang
pengetahuan di bidang subyek tertentu dan menyebut organisasi ini sebagai Struktur
Kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk
menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru
hanya bila materi itu terikat dengan struktur kognitif dari pembelajaran
sebelumnya. Selanjutnya memiliki kaitan yang lebih erat dengan informasi yang
diberikan setelahnya dan merupakan ‘jangkar’ (pengait) bagi pembelajaran yang
akan datang
Ausubel
melihat bahwa fungsi primer pendidikan formal adalah mengorganisasikan berbagai
informasi bagi siswa dan mempresentasikan berbagai ide dengan jelas dan tepat
karena menurutnya, seni dan ilmu mempresentasikan berbagai ide dan informasi
secara bermakna dan secara efektif sehingga muncul makna yang jelas, stabil dan
tidak ambigu dan tersimpan dalam jangka lama sebagai sebuah body of
knowledge yang terorganisasi.
Advance
Organizer terdiri dari dua bentuk yaitu Expository
Advantace Organizer dan Cooparative Advance Organizer. Expositori
Organizer digunakan jika akan menjalaskan suatu gagasan umum yang memiliki
beberapa bagian yang saling berhubungan sebagai contoh jika kita akan
menjelaskan tentang pengolahan data pada perangkat lunak pengolah angka maka
kita terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk data. Expositori
Advance Organizer akan sangat membantu memperluas pemahaman konsep bagi
siswa. Sedangkan Comparative Advance Oranizer dirancang untuk
mengintereasikan konsep baru dengan konsep lama yang telah dimiliki oleh siswa
dalam struktur kognitifnya dengan tujuan mempertajam dan memperluas pemahaman
konsep. Sebagai contoh pada pengolahan data konsep perkalian berhubungan dengan
konsep pembagian. Jika kita ingin menjelaskan konsep pembagian, melalui
pemahaman terhadap perbandingan antara konsep perkalian (konsep lama) dengan
konsep pembagian (konsep baru) maka siswa akan mengintergrasikan konsep baru
tersebut. Disini tampat posisi Advance Organizer merupakan suatu
strategi untuk menjembatani apa yang telah diketahui oleh siswa dan bagaimana
mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya pada situasi yang baru.
B.
Fungsi
Fungsi
dari advance organizer adalah :
1. Menjelaskan, mengintegrasikan dan
mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari, dengan pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa.
2. Menyusun rangkaian atau arah kurikulum dan
melatih siswa secara sistematis dalam suatu gagasan kunci bidang tertentu
3. Meningkatkan efektifitas dan mengevaluasi
pemerolehan siswa pada materi.
4. Melukiskan dengan jelas, tepat dan
eksplisit persamaan dan perbedaan prinsip antara ide-ide yang ada dalam sebuah
hal baru yang sedang dipelajari, di satu pihak dan konsep-konsep terkait yang
sudah ada dalam struktur kongnitif di lain pihak.
5. Menyediakan ideational
scaffolding, yaitu tempat mengaitkan pengetahuan baru yang lebih rinci agar
dapat dipahami dan diingat dengan lebih baik
6. Dapat menunjukkan perbedaan serta
persamaan antara konsep dalam materi baru dengan konsep yang berhubungan dalam
struktur kognitif.
7. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi
baru karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan
konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang
telah ada dalam struktur kognitif siswa.
C.
Struktur pengajaran
Model
pembelajaran advance organizer
memiliki tiga tahap kegiatan (Joyce, 2009: 288), yaitu:
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Tahap-1
Penyajian Advance Organizer
|
|
Tahap-2
Penyajian bahan pelajaran
|
|
Tahap-3
Penguatan organisasi kognitif
|
|
Pada tahap pertama, mengklarifikasikan tujuan
pelajaran adalah salah satu cara untuk memperoleh perhatian siswa dan
mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan pembelajaran, keduanya penting untuk
memfasilitasi pembelajaran yang bermakna. Menyampaikan Advance organizer
adalah gagasan dalam dirinya sendiri dan, seperti materi pelajaran, harus
dieksplorasi secara terampil. Ia juga harus dibedakan dari
pernyataan-pernyataan pengenalan, yang hanya berguna untuk pelajaran tetapi
tidak untuk advance organizer.
Ada dua jenis advance
organizer :
1)
Expository organizer menjadi konsep dasar pada tingkat abstraksi
tertinggi. Organizer ini mempresentasikan perancah intelektual tentang
bagaimana siswa akan menggantungkan informasi baru yang mereka temui. Organizer
ekspositori khususnya berguna karena ia menyediakan perancah ideasional untuk
materi-materi yang asing/tidak biasa.
2) Comparative
organizer biasanya diterapkan pada materi yang biasa. Organizer ini
dirancang untuk membedakan antara konsep baru dan kosep lama untuk menghindari
kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antar keduanya.
Pada
tahap dua beberapa tugas yang harus diselesaikan, yaitu: Membuat organisasi
secara tegas, membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit,
memelihara suasana agar penuh perhatian, dan menyajikan bahan. Dalam membuat
organisasi secara tegas dan membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan
eksplisit, model pembelajaran advance organizer dapat menggunakan media peta
konsep dalam aplikasinya dan untuk mempertahankan perhatian dapat dilakukan
dengan berbagai rangsangan (gerakan, sikap, nada suara) atau menggunakan media
lain untuk melengkapi presentasi. Fase kedua dapat dikembangkan dalam bentuk
diskusi, melakukan percobaan, ceramah, siswa memperhatikan gambar-gambar,
membaca teks, yang masing-masing diarahkan pada tujuan pengajaran yang
ditunjukan pada langkah pertama.
Ada
dua prinsip dalam pengembangan dapat dilaksanakan dengan cara:
1) Diferensiasi
progesif yaitu suatu proses mengarahkan masalah pokok menjadi
bagian-bagian yang lebh rinci dan khusus. Guru dalam mengajarkan konsep-konsep
dari yang paling ingklusif kemudian konsep yang kurang ingklusif setelah itu
baru yang khusus seperti contoh-contoh.
2) Rekonsiliasi
integrative yaitu pengetahuan baru yang harus dihubungkan dengan isi
materi pelajaran sebelumnya. Penyusunan ini berguna untuk mengatasi atau
mengurangi pertentangan kognitif.
Pada
tahap ketiga, beberapa cara untuk memfasilitasi rekonsiliasi integratif
yaitu : mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan (gambaran yang lebih besar),
meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran baru, mengulangi
definisi-definisi yang tepat, meminta perbedaan-perbedaan di antara aspek-aspek
materi.
Pembelajaran
aktif dapat ditingkatkan dengan: meminta siswa untuk memberikan tambahan contoh
konsep dalam materi pembelajaran baru, meminta siswa untuk menggambarkan
bagaimana cara pembelajaran baru dihubungkan dengan aspek pengetahuan mereka
atau pengalaman pribadi mereka, meminta siswa untuk memberikan materi secara
lisan dan menerjemahkannya ke dalam istilah mereka sendiri dan kerangka acuan
sendiri.
Ausubel mendeskripsikan pikiran sebagai sistem pemrosesan
dan penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan struktur konseptual
suatu disiplin akademik. Pikiran ini secara hirarkis merupakan seperangkat gagasan
yang telah diolah dan menjadi gudang penyimpanan untuk beragam informasi dan
gagasan. Saat sistem memproses informasi ini memperoleh informasi dan gagasan
baru, ia akan mengolah kembali dirinya sendiri untuk mengakomodir
gagasan-gagasan tadi. Untuk itulah sistem tersebut berada dalam keadaan yang
selalu berubah terus menerus.
Gagasan-gagasan baru dapat dipelajari dan dipertahankan
secara fungsional hanya pada jangkauan bahwa gagasan tersebut dapat dihubungkan
dengan konsep dan rancangan yang sudah ada yang menyediakan jangkar-jangkar
ideasional. Jika materi baru terlalu berlawanan dengan struktur kognitif yang
sudah ada atau tidak berhubungan sama sekali dengan konsepsi apapun, pembelajar
harus secara aktif merenungkan materi baru itu, berpikir melalui
koneksi-koneksi ini, menyatukan perbedaan atau ketidak sesuaian dan mencatat
kesamaan-kesamaan dengan informasi yang ada.
Dua prinsip yang berhubungan dengan pemrograman isi materi
pembelajaran secara efisien serta dapat diterapkan pada semua bidang pengetahuan
adalah prinsip progressive differentiation dan integrative
reconcillation. Bila isi pembelajaran disusun berdasarkan prinsip progressive
differentiation, maka konsep yang paling utama dan abstrak akan disajikan
terlebih dahulu, lalu secara bertahap akan diikuti oleh konsep yang lebih rinci
serta spesifik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bila sistem ingatan
manusia sebagai proses dan penyimpan informasi tersusun sedemikian rupa
sehingga baik pemahaman pengetahuan baru maupun susunannya dalam struktur
kognitif mengikuti prinsip progressive differentiation, akan terjadi
pemahaman serta penyimpanan informasi secara optimal. Dalam hal ini guru harus
dengan sadar menyusun materi pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut.
Sedangkan prinsip integrative reconcillation dalam memprogramkan materi
pembelajaran nampak bila terjadi integrasi antara konsep baru dalam materi
dengan konsep relevan yang telah terdapat dalam struktur kognitif.
Referensi
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models of Teaching .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Charles. K. West, James A Farmer, Philip M Wolff
(1991) Instructional Design Implication from cognitive scince,
University of Illionis of Urbana Champaign.
* Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Teknologi Pendidikan UNS
0 komentar:
Posting Komentar